Karakteristik Epipedon Melanik

Epipedon melanik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Batas atas pada, atau di dalam 30 cm dari permukaan tanah mineral atau lapisan organik dengan sifat-sfat tanah andik (didefinisikan kemudian), mana saja yang lebih dangkal.
  2. Di dalam lapisan-lapisan dengan ketebalan kumulatif 30 cm atau lebih, yang berada di dalam ketebalan total 40 cm, semua sifat berikut:
    1. Sifat – sifat tanah andik pada keseluruhan ketebalan tersebut; dan
    2. Value warna lembab, dan kroma 2 atau kurang, serta indeks melaniknya sebesar 1,70 atau kurang, pada keseluruhan ketebalan tersebut; dan
    3. Kandungan karbon organik 6 % atau lebih, sebagai rata-rata tertimbang, dan kandungan karbon organik 4 % atau lebih pada semua lapisan.

Selain itu nilai BI ≤ 0,9 dan pretensi > 85%.

Sifat-sifat Tanah Andik

            Sifat-sifat tanah andik dihasilkan terutama dari adanya jumlah yang nyata dari alofan, imogolit, ferrihidrit atau senyawa komplek humus-almunium di dalam tanah. Bahan bahan ini, yang pada awalnya diberi istilah “bahan amorf” (telah mengandung alofan), biasanya telah tebentuk selama pelapukan tetra atau bahan induk lain dengan kandungan gelas volkan cukup nyata.Walaupun bahan tersebut bukan merupakan  suatu persyaratan dari ordo andisols.

Karakteristik yang diperlukan

            Yang utama adalah bahan tanah harus mengandung < 25 % (berdasarkan berat) karbon organik, dan memenuhi satu atau lebih syarat berikut:

  1. Dalam fraksi tanah-halus, semua berikut ini:
    1. Jumlah persentase almunium (Al) dan ½ persentase besi (Fe) (dengan amunium-oksalat) sebesar 2,0 % atau laebih; dan
    2. Berat volume, ditetapkan pada resistensi air 33 kPa, adalah 0,9 gr/cm3 atau kurang: dan
    3. Resistensi fosfat 85% atau lebih; dan
  1. Dalam fraksi tanah-halus yang mengandung partikel berukuran 0,02 sampai 2,0 mm sebesar30% atau lebih, memiliki resistensi fosfat 25 % atau labih, dan salah satu berikut:
    1. Persentase almunium (Al) ditambah ½ persentase besi (Fe) (dengan amunium-oksalat) berjumlah 0,4 atau lebih dan, di dalam fraksi 0,02 sampai 2,0 mm, terdapat gelas volkan 30% atau lebih; atau
    2. Persentase almunium (Al) ditambah ½ persentase besi (Fe) (dengan amunium-oksalat) sebesar 2,0 % atau laebih dan, di dalam fraksi 0,02 sampai 2,0 mm, terdapat gelas volkan 5% atau lebih; atau
    3. Persentase almunium (Al) ditambah ½ persentase besi (Fe) (dengan amunium-oksalat) berjumlah diantara 0,4-2,0 dan didalam fraksi 0,02 sampai 2,0 mm, terdapat cukup banyak gelas volkan;

Nilai- N

            Nilai-n (pons dan zonneveld, 1965) mencirikan hubungan antara persentase kandungan air dalam tanah pada kondisi lapangan dan persentase kandungan liat anorganik dan humus dalam tanah. Nilai-n bermanfaat dalam memprediksikan apakah suatu tanah dapat digunakan untuk pengembalaan ternak atau mampu mendukung beban yang lain, dan untuk memperkirakan berapa tingkat penurunan permukaan tanah (subsidence) yang akan terjadi sesudah pengeringan lahan.

            Untuk bahan tanah mineral yang tidak bersifat tiksotropik, nilai-n dapat dihitung dengan rumus:

Dalam rumus ini, A adalah persentase kandungan air dalam tanah pada kondisi lapangan, dihitung berdasarkan tanah-kering; R adalah persentase kandungan debu ditambah pasir; L adalah persentase kandungan liat; dan H adalah persentase kandungan bahan organik (persen karbon organik dikalikan 1,724).

Hanya sedikit data untuk perhitungan nilai-n yang tersedia di Amerika Serikat, tetapi nilai-n krisis sebesar 0,7 dapat diperkirakan cukup memadai di lapangan dengan suatu tes sederhana, yaitu dengan meremas contoh tanah dalam genggaman tangan.Apabila tanah sulit (merembes) keluar diantara jari-jari, maka nilai-n terletak diantara 0,7 dan 1,0 (kelas sifat kegagalan tergolong sedikit cair); apabila tanah mudah (mengalir) keluar di antara jari-jari, maka nilai-n adalah 1 atau lebih ( kelas sifat kegagalan tergolong agak cair atau sangat cair).

Daftar Pustaka

Soil Survey Staff. 1988. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia, 1999.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat., Badan Penelitrian dan Pengembangan Pertanian